A. Pengertian
Amar Ma’ruf artinya menyuruh atau memerintahkan kepada yang Ma’ruf (kebaikan atau kebajikan). Sedangkan Nahi Munkar artinya mencegah atau melarang dyubytaari yang munkar. Secara bahasa (etimologi), Ma’ruf artinya kebajikan atau sesuatu yang sudah dikenal orang banyak dan tidak diingkari. Ia adalah lawan kata dari munkar. Dan secara isilah (terminologi), ma’ruf adalah apa saja yang dikenal dan diperintahkan oleh syari’at, serta orang yang melakukannya akan terpuji. Sedangkan Munkar, secara etimologi artinya perkara-perkara yang tidak dikenal orang serta diingkari oleh mereka. Dan secara terminology, munkar adalah perkara-perkara yang diingkari dan dilarang oleh syari’at, seta dicela orang yang melakukannya.
Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar adalah salah satu pilar agama Islam yang sangat penting. Tegaknya Amar Ma’ruf Nahi dan Munkar akan menjamin egaknya Islam dan baiknya masyarakat. Sebaliknya, diabaikannya Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar akan menyebabkan maraknya kemungkaran dan datangnya adzab Allah. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk menegakkan perintah yang agung ini.
QS. Al-Maidah ayat 78-80
"Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena merka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh sangat buruk apa yang mereka perbuat.Kamu melihat banyak di antara mereka tolong-menolong dengan orang-orang kafir (musyrik). Sungguh, sangat buruk apa yang mereka lakukan untuk diri mereka sendiri, yaitu kemurkaan Allah, dan mereka akan kekal dalam azab”.
"Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena merka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh sangat buruk apa yang mereka perbuat.Kamu melihat banyak di antara mereka tolong-menolong dengan orang-orang kafir (musyrik). Sungguh, sangat buruk apa yang mereka lakukan untuk diri mereka sendiri, yaitu kemurkaan Allah, dan mereka akan kekal dalam azab”.
(QS. Al-Ma’idah[5]:78-80)
Dalam ayat 78, Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang kafir Bani Israil telah dilaknati secara langsung dengan lisan Nabi Daud as dan Nabi Isa as, karena mereka itu selalu berbuat durhaka dan bertindak melampaui batas. Sedangkan perbuatan tersebut amat dibenci oleh Allah SWT.
Dalam ayat 79 dijelaskan bahwa orang-orang kafir Bani Israil senantiasa tidak pernah melarang dan tidak pernah berniat untuk mengubah perbuatan mungkar yang mereka perbuat itu. Bahkan mereka melakukan perbuatan mungkar itu dengan terang-terangan. Mereka tidak menyadari dan tidak mau tahu bahwa perbuatan mereka itu adalah amat buruk dan sangat dimurkai Allah SWT.
Sedangkan ayat berikutnya menggambarkan banyaknya orang-orang Bani Israil yang bahu-membahu dengan orang-orang musyrik untuk melawan Rasul dan orang-orang mukmin. Padahal, hal itu sebenarnya merupakan perbuatan yang paling jelek yang akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Dan balasan yang setimpal dengan perbuatan dan sikap mereka itu adalah siksaan yang kekaldi dalam neraka jahannam. Demikianlah Allah mencela orang-orang yang berbuat mungkar secara terang-terangan dan tidak saling mengingatkan antara dengan yang lainnya.
B. Meninggalkan Amar ma’ruf nahi mungkar
Sebagaimana telah disebutkan dalam hadits an-Nu’mân bin Basyîr radhiallahu'anhu bahwa Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam berkata: “Perumpamaan orang yang menjaga larangan-larangan Allah dan orang yang terjatuh di dalamnya adalah seperti suatu kaum yang sedang mengundi untuk mendapatkan tempat mereka masing-masing di dalam kapal. Sebagian mendapat tempat di bagian atas kapal dan sebagian lainnya mendapat di bagian bawah. Orang-orang yang berada di bawah jika ingin mendapatkan air minum mereka melewati orang-orang yang ada di atas. Mereka (yang ada di bawah) berkata: “Andaikata kita melubangi perahu ini untuk mendapatkan air minum, maka kita tidak akan mengganggu mereka yang ada di atas”. Jika orang-orang yang ada di atas membiarkan perbuatan dan keinginan orang-orang yang ada di bawah (yaitu melubangi kapal), maka mereka semua akan tenggelam. (HR al-Bukhâri dan at-Tirmidzi)
Dalam mengomentari hadits di atas, Syaikh Muhammad bin `Abdurrahmân al-Mubârakfûri rahimahullah berkata: “Dan memang seperti itu maknanya, jika manusia melarang orang yang berbuat maksiat, maka mereka semua akan selamat dari adzab Allah Ta’ala, dan sebaliknya, jika mereka membiarkan kemaksiatan, maka mereka semua akan ditimpa adzab dan akan binasa, dan ini adalah makna ayat (di atas).
Imam al-Qurtubi rahimahullah juga berkata: “Dalam hadits ini terdapat pelajaran yang bisa dipetik, (di antaranya), datangnya adzab tersebut dikarenakan dosa yang dilakukan oleh kebanyakan orang, dan juga disebabkan oleh tidak adanya amar ma’ruf nahi mungkar (di tengah mereka). Seperti itu pula yang telah disebutkan dalam hadits Abu Bakr radhiallahu'anhu. Beliau berkata: “Sungguh, kami pernah mendengar Rasulullâh Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Sesungguhnya jika manusia melihat seseorang melakukan kezhaliman, kemudian mereka tidak mencegah orang itu, maka Allah akan meratakan adzab kepada mereka semua. (HR Abu Dâwud, at-Tirmidzi dan dishahîhkan oleh al-Albâni).
Ayat dan beberapa hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya peran amar ma’ruf nahi mungkar dalam kehidupan manusia di alam semesta ini, karena dengan ditegakkannya hal itu, kesyirikan, kezhaliman dan kemaksiatan akan berkurang, kebaikan akan menyebar serta dengan izin Allah Ta’ala akan terhindar dari adzab Allah Ta’ala di dunia ini.
C. Ketika Amar Ma’ruf Ditinggalkan
Pada tahun-tahun terakhir ini bencana alam dan musibah kerap sekali melanda negeri kita ini. Gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor dan sebagainya saling susul menyusul. Bahkan semakin hari jaraknya semakin dekat malah bertubi-tubi. Musibah demi musibah tersebut telah menelan korban jiwa yang tidak sedikit. Kerugian harta benda tidak terhitung lagi nilainya.
Ketika rehabilitas bangunan yang hancur akibat bencana-bencana tersebut belum selesai, kita dikejutkan lagi oleh sebu musibah. Diantaranya, lumpur panas di sidoarjo yang kita kenal dengan lumpur lapindo. lalu munculnya sebuh virus yang mematikan dengan cepat menular yaitu virus antrak, flu burung, flu babi dan bahkan sempat tersiar adanya virus flu kuda..
Berbagai macam penelitian dan usaha telah dikerahkan untuk menanggulangi berbagai bencana trsebu. Berbagai analisa dari para ahli telah dilontarkan. Dana yang sangat besar dari pemerintah telah dianggarkan unuk mencegah dan mengantisipasi kejadian-kejadian itu.
Tetapi yang membuat kita terheran-heran adalah hamper tidak ada pihak yang mengatakan bahwa penyebab inti dari semua bencana tersebut adalah dosa-dosa kita yang terakumulasi (menumpuk) sehingga mengundang kemarahan Robbul ‘Izzati Allah. Padahal dalam banyak ayat-ayat suci-Nya Allah telah menegaskan bahwa kerisis atau apapun yang terjadi dimuka bumi adalah disebabkan dosa-dosa dan kemaksiatan umat manusia. Kenapa kita tidak peka dan tanggap dengan peringatan demi peringatan yang disampaikan Allah kepada kita?
Dahulu ketika kaum Muslimain menderita kekalahan dalam perang Uhud, mereka bertanya-tanya tentang penyebab kekalahan tersebut. Maka Allah berfirman :
“Dan mengapakah ketika kalian dipinta musibah (pada peperangan Uhud) sementara kalian telah menimpakan kekelahan dua kali lipat kepada musuh-musuh kalian (pad peperangan Badar), kalian berkata :’ Itu dari (kesalahan) kalian sendiri !’. Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. ”(Qs. Ali ’imran[3]:165)
Ayat tersebut menegaskan bahwa penyebab kekalahan itu adalah kesalahan yang di lakukan oleh sebagian kaum Muslimin, yaitu para pemanah yang meninggalkan posnya sebelum datang perintah Rosulullah. Pada hal kalau kita perhatikan kesalahan yang dilakukan oleh kaum Muslimin dalam perang Uhud itu, bukanlah suatu dosa yang keji seperti zina, pesta miras atau riba. Kesalahan yang mereka lakukan adalah menyelisihi perintah Rasulullah yang terkait dengan taktik dan strategi perang. Mereka menyangka bahwa perang telah usai sehingga mereka pun turun dari bukit Uhud sebelum ada perintah Rasulullah.
Lalu bagaiman kita bandingkan dengan dosa-dosa yang nampak didepan mata kita. Tempat-tempat kemaksiata, peredaran miras menyebar dari kota sampai desa, korupsi dan penyalahgunaan harta rakyat terus saja eksis, shalat-shalat jama’ah tidak lagi diperhatikan, bahkan mereka yang meninggalkan shalat juga tidak sedikit.
Para penantang dan penantang Allah dari kaum Muslimin pun tambah menjamur di universitas-universitas kita. Di antara mereka ada yang berani menulis” kawasan bebas Tuhan”, ada pula seorang dosen yang berani menginjak-injak lafazh Allah di depan mahasiswanya. Ada pula yang berani mengklaim bahwa Al-Qur’an adalah produk budaya (intaj tsaqafi) dan bukan wahyu yang suci. Dengan bangganya mereka mengusung paham islam Liberal dan dengan congkak mereka mengklaim Liberal yang moderat, humanis, Pluralis dan modern.
Kelompok-kelompok sesat lainnya juga menjamur dengan pesat. Ada yang mengaku sebagai nabi perempuan (Lia Eden) yang kemudian disusul dengan munculnya para pengaku nabi palsu yang bahkan semakin banyak. Hal ini masih ditambah lagi dengan tayangan televisi yang menyajikan acara-acara mistik, klenik dan sihir. Ini semua adalah bencana aqidah yang sangat besar.
Semua kemungkaran-kemungkaran ini akan mengakibatkan keterpurukkan duniawi dan keterpurukan ukhrawi (akhirat) sekaligus, yaitu siksa yang sangat pedih dan abadi di akhirat kelak dalam gejolak api neraka. Na’udzu billahi min dzalik.
D. Kerusakan yang Timbul Akibat Meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Sebagaimana melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar mengandung banyak kemaslahatan bagi umat manusia di dunia maupun di akhirat, maka begitu pula sebaliknya, meninggalkan amalan yang agung ini akan menimbulkan berbagai kerusakan yang dapat menghilangkan ketentraman dan kedamaian dalam kehidupan. Dan ini merupakan salah satu tanda akan besarnya kasih-sayang Allah Ta’ala kepada para hamba-Nya, lantaran Dia Ta’ala senantiasa memperingatkan mereka dari hal-hal yang membahayakan agama, dunia dan terlebih akherat mereka. Di antara kerusakan tersebut adalah:
· Ketika amar ma’ruf nahi munkar ini ditinggalkan maka para pelaku maksiat dan dosa akan semakin bernyali untuk terus melakukan perbuatan nistanya, sehingga sedikit demi sedikit akan sirnalah cahaya kebenaran dari tengah-tengah umat manusia. Sebagai gantinya, maksiat akan merajalela, keburukan dan kekejian akan terus bertambah dan pada akhirnya tidak mungkin lagi untuk dihilangkan.
· Sikap diam orang-orang yang mampu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar akan membuat perbuatan tersebut menjadi baik dan indah di mata khalayak ramai, kemudian mereka pun akan menjadi pengikut para pelaku maksiat, dan hal ini adalah termasuk musibah dan bencana yang paling besar.
· Sikap tidak mau mencegah hal yang mungkar merupakan salah satu sebab hilangnya ilmu dan tersebarnya kebodohan. Karena tersebarluasnya kemungkaran tanpa adanya seorang pun dari ahli agama yang mengingkarinya akan membentuk anggapan bahwa hal tersebut bukanlah sebuah kemungkaran (kebatilan). Bahkan bisa jadi mereka melihatnya sebagai perbuatan yang baik untuk dikerjakan. Pada gilirannya, akan kian merajalela sikap menghalalkan hal-hal yang diharamkan oleh Allah Ta’ala, dan mengharamkan hal-hal yamg dihalalkan oleh-Nya. Wal’iyâdzubillâh
E. Meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Sebab Datangnya Adzab
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya". (Qs al-Anfâl/8:25)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa, Adzab Allah Ta'ala itu sangat pedih. Jika adzab itu diturunkan pada suatu tempat, maka ia akan menimpa semua orang yang ada di tempat tersebut, baik orang shaleh maupun thâlih (keji). Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memperingatkan kaum Mukminin agar mereka senantiasa membentengi diri mereka dari siksa tersebut dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya serta menyeru manusia kepada kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran.
Syaikh Abu Bakr Jâbir al-Jazâiri hafizhahullâh mengatakan, “Ayat ini sebagai peringatan lainyang amat besar bagi kaum Mukminin, agar mereka tidak meninggalkan ketaatan kepada AllahTa’ala dan Rasul-Nya, serta tidak meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar (menyeru manusiakepada kebaikan dan mengajak mereka untuk menjauhi kemungkaran). Sebab, jika mereka meninggalkannya, maka kemungkaran akan menyebar dan kerusakan akan meluas. Bila kondisi sudah demikian, maka adzab pun akan diturunkan kepada seluruh komponen masyarakat, baik yang shaleh maupun yang thâlih, yang berbuat kebajikan maupun yang berbuat kejelekan, baik yang adil maupun yang zhalim. Dan jika Allah Ta’ala menurunkan siksa, maka siksa-Nya sangat pedih, tidak seorang pun yang kuat menahan siksa tersebut. Untuk itu, hendaknya kaum Mukminin enjauhinya dengan cara melaksanakan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.
Imam Ibnu Jarîr rahimahullâh berkata: “Dalam ayat di atas Allah Ta’ala berfirman kepada orang-orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya (yang maknanya); “Wahai orang-orang yang beriman peliharalah diri kalian dari siksa Allah Ta’ala , jangan sampai siksa itu menimpa kalian, karena ulah orang-orang zhalim yang telah melakukan perbuatan yang seharusnya tidak mereka lakukan, baik berupa kezhaliman maupun perbuatan dosa (lainnya) atau karena kalian mendatangi tempat-tempat maksiat, tempat yang pantas untuk diturunkan adzab.
F. Perkara yang Menyebabkan Adzab Turun
Di antara sebab turunnya siksa Allah Ta’ala adalah:
Adanya kemungkaran yang merajalela, baik berupa kesyirikan, kemaksiatan, maupun kezhaliman.
Sebagaimana telah disebutkan oleh Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy ra. Bahwa Rasulallah Saw pernah mendatanginya dalam keadaan terkejut, seraya berkata :” Laa ilahaillallah! Celakalah bangsa Arab, karena kejelekan yang telah mendekat, hari ini telah dibuka tembok Ya’juj dan Makjuj seperti ini beliau melingkarkan ibu jari dengan jari telunjuknya.” Kemudian Zainab Ra berkata :” Apakah kita akan binasa wahai Rasulullah SAW, padahal disekitar kita ada orang-orang shalih?."Beliau menjawab: “Ya, jika kemungkaran itu sudah merajalela.” Ali bin Abi Thâlib radhiallahu'anh berkata: “Tidaklah musibah itu menimpa, kecuali disebabkan dosa, dan musibah itu tidak akan diangkat kecuali dengan taubat.”
G. Ancaman Bagi yang Meninggalkan amar Makruf Nahi Munkar
Selain diturunkan adzab sebagaimana yang tertera di atas, masih ada lagi akibat-akibat lain yang ditimbulkan sikap meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar, di antaranya adalah:
QS. Al-A’rof Ayat 165
“Maka setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada meraka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang orang berbuat jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik”.
(QS. Al-A’raf[7]:165
Pada ayat diatas, Allah SWT. Menjelaskan bahwa orang-orang kafir senantiasa melupakan apa yang telah diperingatkan kepada mereka. Mereka benar-benar berpaling dari nasihat-nasihat yang telah diberikan. Mereka sama sekali tidak memperdulikan peringatan yang Allah berikan. Allah telah menjelaskan kepada mereka bahwa Dia telah menyelamatkan orang-orang yang melarang berbuat kerusakan di muka bumi. Allah juga telah menimpakan siksa yang teramat pedih kepada orang-orang yang berbuat zolim, karna mereka senantiasa berbuat fasik, jahat dan melakukan perbuatan munkar.
عن ابى بكر الصد يق انه قال ايها الناس انكم تقرءون هذه الاية (يا ايهاالذين امنوا عليكم انفسكم لا يضركم من ضل اذا اهتديتم ) واني سمعت ان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ان الناس اذا راوا الظا لم فلم يا خذوا على يديه او شك ان يعمهم الله بعقا ب منه.
“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, ia berkata : Wahai manusia, hendaklah kalian membaca ayat ini : “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharatkepadamu apabila kamu telah mendapatkan petunjuk. Dan sesungguhnya saya mendengar Rasululllah SAW bersabda :” sesungguhnya apabila orang-orang melihat orang yang bertindak aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.”
Dalam hadis di atas, Abu Bakar memperingatkan kepada kita untuk dapat memahami secara benar maksud kandungan surah Al-Ma’idah ayat 105. Teks ayat tersebut menyatakan bahwa kalau kita sudah mendapat petunjuk dari Allah, maka tidak akan mendapat bahaya apa pun dari orang yang sesat dan zalim. Ayat ini seolah-olah membiarkan kita untuk tidak aktif memberantas kemungkaran yang ada disekeliling kita.
Tetapi dalam hadis ini ditegaskan bahwa bila seorang mukmin membiarkan kemungkaran merajalela di sekelilingnya, maka azab Allah akan turun menimpa seluruh aggota masyarakat yang bersangkutan, baik yang berbuat kemungkaran maupun yang tidak.
Dari hadis ini pula kita menjadi tahu bahwa di antara fungsi As-sunnah adalah sebagai penjelas Al-Qur’an. Maksudnya, menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang artinya masih global dan belum rinci.
Di dalam hadis ini menerangkan bahwa orang-orang yang menyaksikan perbuatan aniaya yang dilakukan orang lain sedang mereka tidak berusaha mencegahnya,maka Allah akan memberikan siksaan yang sama dengan orang yang melalukan penganiayaan itu. Karena menyaksikan orang yang berbuat maksiat seperti kedzaliman tanpa pencegahan, dihitung seperti orang yang melakukan perbuatan tersebut.
Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan karena pentingnya amar ma’ruf dan nahi munkar, Allah memerintahkan umat Islam untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Ketika kewajiban itu diabaikan dan tidak dilaksanakan, maka pasti orang-orang yang mengabaikan dan tidak melaksanakannya akan mendapat dosa. Tidak ada satu umatpun yang mengabaikan perintah amar ma’ruf dan nahi munkar kecuali Allah menimpakan berbagai hukuman kepada umat itu. Ada beberapa siksaan bagi orang yang tidak mencegah kemungkaran, yaitu :
· Azab yang menyeluruh
Apabila manusia melihat kemunkaran dan tidak bisa merubahnya, Dikawatirkan Allah akan melimpahkan azab siksa-Nya secara merata. Apabila kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat , sedangkan orang-orang yang shalih tidak berusaaha mengingkari dan membendung kerusakan tersebut, maka Allah SWT akan menimpakan azab kepada mereka secara menyeluruh baik orang-orang yang jahat maupun orang-orang yang shalih.
· Tidak dikabulkannya do’anya
Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma’ruf dan nahi munkar serta tidak mencegah orang yang berbuat zalim dari kezalimannya, maka Allah akan menimpakan siksa kepada mereka dengan tidak mengabulkan do’a mereka.
· Berhak mendapatkan laknat
Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma’ruf dan nahi munkar adalah berhak mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah sebagaimana yang telah menimpa Bani Israil ketika mengabaikan amar ma’ruf dan nahi munkar.
· Timbulnya perpecahan
Sudah merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang paling berat dan dan paling keji dapat menjauhkan syari’at Allah dari realitas kehidupan dan ditinggalkannya hukum-hukumNya dalam kehidupan manusia. Apabila hal ini terjadi dan orang-orang diam, tidak mengingkari dan tidak mencegahnya, maka Allah akan menanamkan perpecahan dan permusuhan di kalangan mereka sehingga mereka saling melakukan pembunuhan dan menumpahkan darah.
· Pemusnahan mental
Sebagai kehormatan kepada Nabi Muhammad saw, Allah tidak memusnahkan umat beliau secara fisik sebagaimana yang telah menimpa umat-umat terdahulu seperti kaum Nabi Hud, Shalih, Nuh, Luth dan Syu’aib yang telah mendustakan para Nabi dan mendurhakai perintah Allah. Tetapi bisa saja Allah membinasakan umat Muhammad secara mental. Maksudnya umat ini tidak dimusnahkan fisiknya, tetap dalam keadaan hidup, sekalipun melakukan dosa dan maksiat yang menyebabkan. kehancuran dan kebinasaan, namun walaupun jumlahnya banyak, kekayaannya melimpah ruah, di sisi Allah tidak ada nilainya sama sekali, musuh-musuhnya tidak merasa takut, serta kawan-kawannya tidak merasa hormat . Inilah yang diberitakan Rasulullah saw. ketika umat initakut mengatakan yang hak dan tidak mencegah orang yang berbuatzalim.
Demikian berbahayanya meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar bagi pribadi yang meninggalkan dan juga untuk umat seluruhnya, sehingga pelaksanaannya menjadi salah satu syarat keselamatan. Seorang yang tidak beramar ma’ruf dan nahi mungkar berada dalam bahaya yang besar.
Bila umat ini seluruhnya meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar sehingga kekuatan kebenaran melemah di hadapan kekuatan kebatilan, niscaya kebatilan akan mewarnai seluruh sisi kehidupan umat ini dan menyeretnya ke lembah-lembah ke sengsaraan dunia dan akhirat.
Disamping keutamaan amar ma’ruf dan nahi mungkar yang sangat besar, realita umat di negeri ini pun sudah cukup menjadi penyeru untuk beramar ma’ruf dan nahi mungkar. Siapa saja yang masih mempunyai rasa tanggung jawab sedikit apapun juga atau merasa takut kalau harus mempertanggung jawabkan sikap pasifnya erhadap kemungkaran di akhirat nanti pasti akan tergerak untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar.
A. Simpulan
Bahwa sesungguhnya kita sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. Tidak boleh meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelum memperbaiki orang lain seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan berbenah diri, sebab cara Amar Ma’ruf yang baik adalah yang diiringi dengan keteladanan. Dan bagi yang meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, seorang mukmin membiarkan kemungkaran merajalela di sekelilingnya, maka azab Allah akan turun menimpa seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan, baik yang berbuat kemungkaran maupun yang tidak. Sungguh, azab Allah sangat pedih. Na’udzubillahimindzalik.
B. Saran
Dan kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini pasti terdapat banyak kesalahan, kekeliruan dan kekurangan, baik itu dari segi tulisannya, bahasanya ataupun yang lain, oleh karena itu kami mengharapkan kepada teman-teman sekalian serta segenap pihak yang bersangkutan, untuk dapat memberikan kritik dan sarannya, agar dapat kita benari bersama dan dapat kita ambil manfaatnya.
Daftar Pustaka
· (Majalah As-Sunnah Edisi 10/Thn. XIII/Muharram 1431H/Januari 2010M)
· sumber: www.al-atsariyyah.com tags: Nabi Muhammad, Alaihi Wasallam,
· Google.com